Perencanaan Tower Gedung Perkantoran Dan Pertokoan Graha Arjuna Dengan Sistem Pracetak

penggunaan metode pracetak pada struktur-struktur dengan bentuk typical akan memberikan keuntungan antara lain: kualitas yang dihasilkan lebih terkontrol, ukuran dimensi lebih akurat, waktu pelaksanaan lebih singkat, penghematan material dan tenaga kerja serta dapat mengurangi gangguan pelaksanaan terhadap lingkungan sekitar. sementara itu penggunaan metode pracetak juga memiliki kekurangan antara lain pada masalah monolitas hubungan antara elemen

PERENCANAAN ELECTRIC SUBMERSIBLEPUMP PADA SUMUR MK-1LAPANGAN “Y” UNIT BISNIS PERTAMINA LIRIK

Sumur MK-1 adalah sumur yang terdapat di lapangan “Y”. Saat ini laju produksi fluida sumur tersebut hanya 30% dari laju produksi maksimumnya atau diproduksi pada tekanan laju alir (Pwf) sebesar 86.5 % dari tekanan reservoir (Ps). Kondisi sumur memiliki produksi air yang cukup tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan metode pengangkatan buatan yang tepat untuk dapat meningkatkan laju produksi. Kebijakan yang diambil oleh PT. Pertamina Unit bisnis Lirik dalam menyikapi permasalahan tersebut yaitu dengan melakukan metode pengangkatan buatan berupaElectric Submersible Pump (ESP). Pada kondisi Existing, sumur MK-1 berproduksi padaPwf = 706 Psia dengan laju alir 300 Bfpd (WC = 96.0 %) Perencanaan ESP pada sumur MK-1 dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu :pertama, menganalisa produktifitas sumur (IPR Pudjo Sukarno) untuk mengetahui potensi minyak dan air pada sumur. Kedua, melakukan Pemilihan tipe pompa berdasarkan laju alir desain yang diinginkan, laju alir desain diambil pada range 60-70% laju alir maksimal sumur. Ketiga, menentukan jumlah stages optimum untuk pompa terpilih, dan melakukan evaluasi pump setting depth (PSD) dengan menggunkan pressure treves (gradien pressure vs elevation). Hasil dari perencanaan sumur MK-1, setelah menganalisa produktivitas sumur MK-1 didapat laju alir maksimum sebesar 1970 BFPD dengan WC sebesar 97.08 %. Pompa yang digunakana dalah REDA DN-1300 dengan range capacity 900-1640 BFPD. Pemilihan stages optimum dari pompa terpilih didapat dari Nodal Analisis yaitu dengan sensitivity berbagai macam harga stages, sehingga didapat stages optimum sebesar 116 stages dan menghasilkan laju alir sebesar 1350 BFPD. Gradien Pressure vs Elevation digunakan untuk mengevaluasi PSD, didapat harga PSD @ 2500 ft dengan laju alir sebesar 1350 BFPD @ Pwf 282 Psia dan menghasilkan effisiensi pompa sebesar 62 %

Current achievements to reduce deforestation in Kalimantan

Indonesia has developed its forest reference emission level (FREL), using a historical reference period of 1990-2012. Based on official Ministry of Environment and Forestry (MoEF) data, this paper analyses gross deforestation rates and emissions from deforestation in the five provinces of the island of Kalimantan which occurred in the time after 2012, i.e. 2013 until 2015, and puts them in relation to the average annual deforestation and emission rates of each province in the reference period. Even though the overall linear trend of deforestation and emission rates in Kalimantan from 1990 until 2015 goes down, this trend is not reflected in all of the five provinces equally. West and North Kalimantan’s rates even seem to be on the rise. The potentials to achieve emission reduction targets thus remain unequal for each province in Kalimantan Island

Indonesia’s Forest Resource Monitoring

Forest cover in term of distribution, extent and types, is major information required to manage the forest resources. Notably for Indonesia, which covers by approximately 98 Mha (>50%) forests, consist of 93 Mha (49.6%) natural forest and 5 Mha (2.6%) plantations forest. The forests are invaluable, including significantly preserve carbon, maintain unique biodiversity, support water and mineral cycle, as well as support local and global community. Here we report efforts have been made for years in the Ministry of Forestry for providing land cover information. Those efforts are including early development, data sources selection, method employed, techniques, and classification scheme, as well as problem encountered and approach for improvements

Determining Conjugate Points of An Aerial Photograph Stereopairs Using Separate Channel Mean Value Technique

In  the  development  of  digital  photogrammetric  system,  automatic image matching process play an important role. The automatic image matching is  used  in  finding  the  conjugate  points  of  an  aerial  photograph  stereopair automatically.  This  matching  technique  gives  quite  significant  contribution especially  in  the  development  of  3D  photogrammetry  in  an  attempt  to  get  the exact and precise topographic information during the stereo restitution. There are two image matching methods that have been so far developed, i.e. the area based system  for  gray  level  environment  and  the  feature  based  system  for  natural feature  environment.  This  research  is  trying  to  implement  the  area  based matching  with  normalized  cross  correlation  technique  to  get  the  correlation coefficient between the spectral value of the left image and its pair on the right. Based  on  the  previous  researches,  the  use  of  color  image  could  increase  the quality  of  matching.  One  of  the  color  image  matching  technique  is  known  as Separate Channel Mean Value. In order to be able to see the performance of the technique, a number of sampling areas with various different characteristics have been  chosen,  i.e.  the  heterogeneous,  homogeneous,  texture,  shadow,   and contrast. The  result  shows  the  highest  similarity  measure  is  obtained  on  heterogeneous sample area at size of all reference and search image, i.e. (11 pixels x 11 pixels) and   (23  pixels  x  23  pixels).  In  these  area  the  correlation  coefficient  reached more than 0.7 and the highest percentage of similarity measure is obtained. The average of total similarity  measure of conjugate images in the sampling image area  only  reach  about  41.43  %  of  success.  Therefore,  this  technique  has  a weakness and some treatment to overcome the problems is still needed

Obstacles Avoidance For Intelligent Telepresence Robot Using Interval Type-2 FLC

Abstract. Intelligent Telepresence robot is a new trend for communication remotely today, and obstacles avoidance for robot is one of the important research areas. This research reports and presents obstacles avoidance method for intelligent telepresence robot, a custom-build robot system specifically designed for teleconference with multiple people. We propose an interval type-2 FLC (Fuzzy Logic Controller) that is able to handle uncertainties for measuring distance of obstacle to navigate the robot. The robot is controlled using computer networks, so the manager/supervisor at office/industry can direct the robot to the intended person to start a discussion/inspection. We build a web application for controlling the multi-client telepresence robot and open-source video conference system. Experimental result shows the ability of robot to be controlled remotely and to avoidobstacles smoothly and we evaluated its performance

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM MENGIDENTIFIKASI HUBUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG TERHADAP POLA PERUBAHAN LAHAN DI WILAYAH BANDUNG

Tutupan lahan di permukaan bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Masalah yang seringkali muncul ialah pemanfaatan yang kadangkala tidak terkendali. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan menyusun rencana tata ruang sebagai cara untuk mengendalikan penggunaan lahan tersebut. Berkaitan dengan kondisi ini maka perlu dilakukan studi untuk dapat mengetahui keterkaitan pola perubahan lahan terhadap rencana tata ruang yang disusun tersebut. Salah satu cara ialah dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mampu mengelola data yang bersifat spasial. Untuk memanfaatkan teknologi ini dibutuhkan satu metode analisis tertentu untuk memperoleh informasi sesuai kebutuhan. Pada studi ini, metode yang digunakan melalui proses tumpangsusun dengan menggunakan analisis perbandingan. Selain itu, dilakukan juga upaya untuk konversi jenis penggunaan lahan dari rencana tata ruang menjadi jenis tutupan lahan agar memiliki klasifikasi tutupan lahan yang sama dari citra satelit. Dari hasil studi ini pemanfaatan teknologi SIG dapat digunakan untuk membantu mengetahui pola perubahan tutupan lahan dengan menggunakan analisis perbandingan namun tidak untuk penggunaan lahan. Pada wilayah studi, dapat diketahui bahwa pola perubahan tutupan lahan yang terjadi sangat bervariasi terhadap tutupan lahan dari rencana tata ruang dimana terdapat tutupan yang berubah dari sesuai dengan tata ruang menjadi tidak sesuai atau pun sebaliknya. Perubahan ini dapat juga disebabkan oleh ketidaktepatan saat melakukan konversi dari penggunaan lahan dari rencana tata ruang menjadi tutupan lahan. Oleh karena itu, tidak dapat dinyatakan bahwa pola perubahan tutupan lahan ini sudah sesuai atau tidak sesuai terhadap rencana tata ruang yang memiliki klasifikasi dari jenis penggunaan lahan. Kata kunci: Sistem Informasi Geografis, tata ruang, perubahan lahan